Jumat, 07 November 2008

Buruknya Infrastruktur Hambat Investasi di Daerah

Jakarta - Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) menilai hambatan utama investasi di daerah disebabkan oleh buruknya infrastruktur. Demikian hasil survei bisnis KPPOD di 243 kabupaten/kota mengenai Tata Kelola Ekonomi Daerah 2007. Survei dilakukan terhadap 12.187 pelaku usaha manufaktur, perdagangan dan jasa di 15 provinsi. Dari hasil survei, pengelolaan infrastruktur menempati bobot tertinggi 35,5%, diikuti permasalahan program pemda pengembangan usaha sektor swasta 14,8%, persoalan akses lahan dan kepastian hukum 14% serta interaksi pemda dan pelaku usaha 10%. Tak hanya itu, bobot biaya transaksi 9,9% juga menjadi hambatan utama pengembangan bisnis di daerah. Ketua KPPOD Bambang PS Brodjonegoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2007 tersebut, masalah utama pelaku usaha di daerah adalah infrastuktur fisik, terutama listrik. "Listrik adalah salah satu infrastuktur yang sering bermasalah. Dari 15 provinsi yang disurvei, rata-rata terjadi pemadaman listrik dua kali dalam seminggu," kata Bambang di Jakarta, Selasa (22/7). Tingkat pemadaman listrik tertinggi terjadi di Sumatra Utara, yakni rata-rata mencapai lima kali per minggu, dengan tingkat kepemilikan genset 49 persen. Lalu, Kepulauan Riau rata-rata mengalami pemadaman tiga kali seminggu dengan tingkat kepemilikan genset di provinsi ini mencapai 64 persen. Masalah lampu penerangan jalan juga menjadi masalah utama, diikuti buruknya kondisi air PAM, kualitas jalan kabupaten/kota, dan telepon. Karena itu, dia merekomendasikan pemerintah daerah (pemda) untuk memperbesar alokasi APBD untuk perawatan infrastruktur. Ia menambahkan, proses pengurusan sertifikat tanah juga menjadi masalah. Sebagian besar responden memerlukan waktu 11 minggu hingga lebih dari 2 tahun untuk memperoleh sertifikat, padahal, rata-rata waktu yang diperlukan untuk pengurusan sertifikat sebenarnya hanya delapan minggu. "Untuk itu, kami minta daerah menerapkan pelayanan satu atap dengan benar, artinya biaya makin rendah dan cepat," ujar dia. (Ray/OL-06)

Tidak ada komentar: